Sahabat semua yang dicintai Allah, tahukah kalian kisah sahabat nabi yang paling
cerdas? Yuk, kita cari tahu, dengan membaca kisah berikut ini!
Zaid
bin Tsabit adalah salah satu sahabat
Nabi Muhammad Saw. Beliau dikenal sebagai sosok yang cerdas, Zaid pernah
mempelajari bahasa Ibrani dan menguasainya hanya dalam waktu singkat.
Dikisahkan
dalam buku Sosok Para Sahabat Nabi susunan Dr. Abdurrahman Raf'at
Al-Basya dan Abdulkadir Mahdamy, Zaid bin Tsabit dipercaya oleh Rasulullah
untuk menjadi penulis Al-Qur’an karena kekuatan daya ingat, kecerdasan, dan
kejujuran. Kecerdasan Zaid telah tampak sejak masih belia dan ketika usianya 11
tahun, ia sudah menghafal 11 surat Al-Qur’an.
Zaid
bin Tsabit an-Najjari al-Anshari lahir pada 612 M. Dirinya merupakan keturunan
Bani Kazraj yang mulai menetap bersama Nabi Saw. ketika beliau hijrah ke
Madinah. Zaid bin Tsabit berhasil meriwayatkan 92 hadits yang 5 diantaranya
disepakati bersama Imam Bukhari dan Muslim. Bukhari juga meriwayatkan 4 hadits
lainnya yang bersumber dari Zaid, sementara Muslim meriwayatkan 1 hadits lain
dari Zaid.
Zaid
bin Tsabit diangkat sebagai ulama di Madinah pada bidang fikih, fatwa, dan
faraidh atau waris. Pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar bin
Khattab, Zaid diangkat menjadi bendahara. Sementara
itu, pada masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, Zaid ditugaskan sebagai
pengurus Baitul Maal. Bahkan, Umar dan Utsman melantik Zaid sebagai pemegang
jabatan khalifah sementara ketika mereka menunaikan ibadah haji.
Zaid
bin Tsabit turut serta bersama Nabi Muhammad pada perang Khandaq yang terjadi
pada tahun 5 H atau 627 M. Perang Khandaq terjadi antar kaum muslimin yang
berjumlah 1.000 orang dengan pasukan sekutu di wilayah sekitar Madinah yang
berjumlah 10.000 orang.
Perang
dimulai ketika pasukan gabungan Arab Quraisy dan Yahudi berniat menyerang Kota
Madinah untuk menghancurkan Islam dan membunuh Nabi Muhammad Saw. Zaid juga
ikut dalam perang lainya seperti pada perang Tabuk, dirinya dipercaya oleh Nabi
Saw. untuk membawa bendera bani Malik bin Najjar yang dipegang oleh Imarah bin
Hazm.
Nabi
SAW. menyebut Zaid bin Tsabit sebagai orang yang paling alim dan memiliki
tulisan yang indah. Dengan kemampuan Zaid yang cerdas dan hebat itu, Nabi Saw.
bisa mengirim surat perjanjian kepada para pemuka kaum Yahudi dengan
menggunakan bahasa mereka. Bahkan
ketekunan Zaid dalam mencatat dan mengumpulkan wahyu Nabi SAW. ia susun dengan
rapi. Catatan itu Zaid tulis di pelepah daun kurma, kulit hewan, atau pun
tulang hewan.
Zaid
bin Tsabit mendapat sanjungan dari Abu Bakar, Umar bin Khattab dan para hafiz
sebagai sosok yang kokoh keilmuannya. Diriwayatkan bahwa khalifah Umar bin
Khattab pernah berpidato di hadapan umat muslim dan berkata, “... barang siapa
yang ingin bertanya tentang Al-Qur’an, hendaklah ia datang kepada Zaid bin
Tsabit.”
Selepas
Nabi Muhammad meninggal dunia, para penghafal Al-Qur'an satu per satu gugur di
medan perang. Umar bin KHattab kala itu khawatir Al-Qur'an akan hilang bersama
para penghafalnya. Akhirnya,
ia mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar untuk menghimpun. Mereka sepakat
mengumpulkan lembaran ayat-ayat Al-Qur'an menjadi satu mushaf dan mengutus Zaid
untuk melaksanakan tugas tersebut.
Zaid
mendatangi para penghafal Al-Qur'an yang masih hidup. Dengan cermat, ia
mencocokkan catatan dan hafalan mereka hingga akhirnya terciptalah mushaf
Al-Qur'an yang dapat dibaca oleh umat Islam. Begitu besar jasa Zaid bin Tsabit
bagi kaum muslimin. Berkat jasa Zaid, kini umat Islam dapat membaca Al-Qur'an
secara utuh. (Tim Red.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar